-->

Strategi Mendidik Anak, Mengalah Untuk Menang

ayahanaklaki

tvmuh.com – Pernahkah kita menemukan seorang ayah yang berhasil mendidik ratusan siswa di luar rumahnya, tetapi gagal dalam mendidik anak-anaknya sendiri? Saya pribadi terlalu sering melihat itu, meskipun saya termasuk salah satunya.

Sebelum menikah, saya punya pengalaman mengajar anak-anak membaca Al-Quran di sebuah institusi. Puluhan anak alhamdulillah berhasil terbebas dari buta huruf hijaiyah dengan proses yang lancar. Tapi, ketika berhadapan dengan anak sendiri, subhanallah , hambatannya luar biasa.

Mendengar kata ngaji saja, anak saya sudah pasang ancang-ancang untuk balik ke kanan, kemudian kabur tanpa permisi. Belum lagi kegiatan yang lain, seperti shalat, berdoa, mengemas mainan, menjaga kebersihan, dan sederet pekerjaan lain.

Bila sudah mau mengaji pun ada problem lain yang muncul mengiringinya, seperti posisi yang tidak teratur. Kadang duduk bersila, kadang jongkok, kadang tengkurap, kadang juga guling-guling bahkan loncat-loncat. Tidak hanya itu, ketika diminta untuk mulai mengucapkan huruf suaranya tiba-tiba hilang, tidak ada suara sama sekali. Kecewa sekali saya dibuatnya.

Beruntung, saya mendapatkan saran dari salah seorang teman di survei mingguan. Ia salah satu orang yang sudah kenyang dengan asam garam dunia pendidikan. Saya menganggapnya sebagai ayah sekaligus guru yang bijaksana. Ia bilang, “Kadang, harapan yang terlalu tinggi itu membuat kita menjadi sosok idealis dan susah menerima keadaan. Maka, sebaiknya turunkan sedikit standar harapan itu dan buatlah skala prioritas.” Jika disederhanakan, nasihat itu sekitar berbunyi, “mengalahlah sebentar saja dan lihatlah hasilnya kemudian. “

Beberapa hari kemudian strategi yang baru ini saya mencoba terapkan. Waktu mulai mengaji, saya biarkan anak saya dengan gayanya sendiri. Dia loncat-loncat, guling-guling, saya diamkan. Yang penting dia mau mengaji dan ada ucapan yang keluar dari mulutnya, meskipun hanya satu huruf hijaiyah.

Saya ikuti gayanya dengan sabar. Sehari dua hari, seminggu dua minggu, dan seterusnya. Sampai akhirnya dia mulai merasa nyaman mengaji dengan saya. Hasilnya? Masya Allah, sedikit-demi sedikit ia mulai bisa fokus. Dalam waktu kurang dari enam bulan, anak saya sudah lancar membaca Al-Qur’an dan mulai semangat untuk menghafal. Tidak hanya itu, dia juga sudah mulai gampang diarahkan dan mudah pula menangkap pelajaran.

Saya percaya, semua itu terjadi karena taufik dari Allah swt. Sebab Allah-lah ikhtiar saya dengan mengalah sedikit untuk memberikan rasa nyaman serta menjadi teman mengaji yang baik bagi si kecil akhirnya berbuah manis. Alhamdulillah.

Syamsul Bahri , Karyawan Swasta, Mataram

(ummi-online / muslimahzone.com)

sumber:Muslimahzone(dot)com by tvmuh.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel