Sarjana Kok Ngurus Anak? Lulusan SD Juga Bisa!
“Sekolah tinggi-tinggi sampe S1 malah ngurus anak, buang-buang uang aja. Mau ngurus anak mah lulusan SD juga bisa!”
Tombol sensitif Saya ditekan. Pagi ini Saya dapat nyinyiran begitu dari tetangga. Akhirnya kebagian juga dapat omongan begitu.
Reaksi Saya digituin?
Pertama Saya senyum, lalu ambil skripsi Saya yang tebalnya 600 halaman itu, ambil cabe, terus mulutnya Saya kasih cabe, setelah kepedesan Saya pukul dengan skripsi Saya. Becanda, hehe…
Saya hanya senyum sambil bilang, “Kita lihat nanti didikan anak yang diasuh lulusan SD, dengan didikan yang diasuh oleh lulusan sarjana. Seluruh ilmuku semuanya untuk anakku.”
Tahu istri BJ Habibie, Ibu Hasri Ainun Habibie? Beliau seorang dokter di Jerman, dan berhenti menjadi dokter.
“Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya pikir, buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yg barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri?”
Tahu Dian Sastrowardoyo?
“Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena mereka akan menjadi seorang Ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas.”
Dan menurut Agama saya, Seorang ibu merupakan madrasah pertama bagi anaknya, guru pertamanya di dunia. Dan tanggungjawabnya dunia dan akhirat. Bukankah mendidik anak adalah suatu kewajiban? Bukankah mereka hadir dari cinta kedua orang tuanya?
Memang tugas utama seorang wanita itu apa? Menjamin pendidikan anak. Karen anak kita belum tahu apa yang terbaik untuk dirinya sekarang, dan Ibunyalah yang harus tahu segala yang terbaik untuknya.
Menjadi ibu yang cerdas dan pintar itu wajib. Karena menjadi ibu itu belajarnya sepanjang masa, ilmunya harus tetap di upgrade.
Belajar tentang menyusui memang gak perlu ilmu?
Belajar tentang menggendong anak memang gak perlu ilmu?
Memberi makan anak gak pake ilmu?
Belajar tentang mengasuh anak memang gak perlu ilmu?
Menjadi ibu itu harus serba bisa. Bisa menjadi dokter, menjadi ahli gizi, menjadi koki, menjadi psikolog, menjadi guru, menjadi tukang loundry, baby sisster dan menjadi sahabat. Tangan Ibu sendiri yang akan membentuk pribadi dan karakternya. Karena anak hanya butuh Ibunya.
Ahhh… Saya tidak sedang membandingkan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja, ibu yang berpendidikan tinggi dan tidak berpendidikan tinggi, semua punya porsi masing-masing. Asal kita tidak pernah berhenti belajar untuk mereka. Karena mereka adalah sumber ilmu kita, mereka sumber pahala kita selain suami, mereka profesor-profesor cilik yang unik, yang harus kita bedah tiap detail perilaku dan keinginanya.
Jadi Saya bangga menjadi seperti ini, Saya bangga mendidik anak Saya dengan penuh ilmu dan tidak mendidiknya hanya berdasar “kata orang dulu”.
Karena menjadi sarjana bukan hanya untuk mencari uang saja, mendapatkan ilmunya itu yang ‘mahal’ dan semua ilmu Saya yang didapatkan akan Saya persembahkan untuk anak Saya.